SHALAT
KHUSYU’
makalah
diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat dalam
mata kuliah Tafsir 1
dosen
pembimbing :
Dr. H. Ahmad Yasa, M. Ag
Oleh :
PAI
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kepada Tuhan yang Mah Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Shalat Khusyu’”. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir. Dalam makalah ini
membahas tentang pengertian khusyu’, shalat, khusyu’ dalam shalat, dan dalil
tentang shalat khusyu’ serta hikmah dan kiat-kiat agar mencapai shalat khusyu’.
Kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak Ahmad Yasa
selaku dosen mata kuliah Tafsir yang
telah memberikan tema yang kami dapatkan. Kami menyadari bahwa makalah kami ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
selalu meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
Bandung,
Desember 2015
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Shalat
adalah ibadah yang sangat istimewa dalam Islam. Istimewa karena shalat menjadi tiang agama, menjadi
pembeda antara orang Muslim dan orang
kafir serta menjadi penentu diterima atau tidaknya amalan selain shalat.
Sesungguhnya shalat merupakan rukun agama terbesar yang bersifat praktik (amali), sedangkan di antara hal yang
amat dituntut di dalam pelaksanaan shalat ialah khusyu’ Ibadah shalat juga
merupakan sarana untuk berdialog dengan Allah, sarana untuk membangun manusia
menjadi taqwa, sarana untuk berdzikir kepada Allah, sarana untuk membangun
manusia menjadi orang yang mampu mencegah fahsya’ dan munkar juga sebagai
sarana untuk mohon pertolongan- Nya. Shalat menurut pandangan Islam merupakan
bentuk komunikasi manusia dengan
Khaliknya. Komunikasi ini dimaksudkan untuk bertawajjuh (menghadap)
sungguh-sungguh dan ikhlas kepada Allah SWT. Di samping itu, shalat dimaksudkan
juga untuk meneguhkan keesaan Allah, tunduk dan patuh terhadap
perintah-perintah dan larangan-Nya.
Lebih
lanjut, shalat juga merupakan bukti syukur yang tulus kepada Allah atas curahan
nikmat-nikmat-Nya yang tak terhingga, dan juga merupakan pembersih bagi jiwa
manusia dari dosa-dosa dan kesalahan yang dilakukan siang dan malam. Bahkan
shalat juga dapat mencegah seseorang dari melakukan perbuatan keji dan mungkar.
Ada keterkaitan yang kuat antara shalat dan al-Qur'an. Hal ini terbukti antara
lain, bahwa kata al-Qur'an kadang-kadang dipakai untuk menyebut kata shalat,
sebagaimana terdapat dalam firman Allah dalam surat al-Isra’ ayat 78:
“Dirikanlah
shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah
pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu oleh disaksikan (oleh
malaikat).(QS. al-Isra’: 78)
Shalat
sesungguhnya juga merupakan cermin keimanan bagi seorang mukmin. Ia merupakan
sentuhan kasih sayang, sentuhan yang lembut yang mampu membuka hati, dan
menembus Dzat Yang Maha Tinggi. Maka tujuan yang dimaksud dari shalat bukan
sekedar gerakan-gerakan badan, tetapi tujuan yang hakiki adalah adanya
keterkaitan hati dengan Allah SWT. Itulah pelaksanaan shalat yang hakiki dan
sempurna.
Shalat merupakan proses transendensi
(berpindahnya jiwa) menuju Tuhan dengan menyebut nama Allah dan bermunajat
kepada-Nya. Ia merupakan bentuk komunikasi yang sempurna antara hamba dan Tuhannya.
Karena kedudukan shalat begitu agung dan tinggi menurut Allah, maka tidak
diragukan bagi seorang Muslim untuk memperhatikan pentingnya shalat. Karenanya
ia wajib melaksanakan shalat secara benar dan sempurna. Jika selama ini problem
umat Islam kebanyakan adalah mereka tidak mau shalat, maka sesungguhnya problem
bagi mereka yang sudah shalat adalah bahwa mereka belum dapat merasakan khusyu’
dalam menjalankan shalat. Banyak umat Islam yang belum mampu shalat secara
khusyu’, sehingga kalaupun mereka sudah melaksanakan shalat, tetapi kosong dari
kekhusyu’an. Jadi, seolah-olah shalat hanya mengikuti kebiasaan saja dan kering
dari makna ibadah. Padahal khusyu’ itulah buah dari ibadah yang hakiki, dan
buah dari mengenal Allah dan kitab-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat
al-Baqarah ayat 45-46:
“Dan mintalah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (yaitu) orang-orang yang
meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali
kepada-Nya. (QS. Al-Baqarah: 45-46)
B.
RUMUSAN
MASALAH
Mengacu
dari latar belakang penulis dapat merumuskan dengan beberapa poin diantaranya:
1.
Apa
itu shalat khusyu ?
2.
Apa
yang menjadi pentingnya shalat kkhusyu’ ?
3.
Bagaimana
kiat kiat agar kita khusyu’ dalam shalat ?
4.
Apa
hikmah dari shalat khusyu’ ?
C.
TUJUAN
PENULISAN
Berdasarkan rumusan diatas penulisan
ini bertujuan agar bisa menjawab dari rumusan-rumusan yang telah di cantumkan.
Serta dapat memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Tafsir” paada semester
ganjil.
BAB II
PEMBAHASAN
SHALAT KHUSU’
A.
PENGERTIAN
SHALAT KHUSYU’
Secara
etimologi shalat berarti do’a dan secara terminology (istilah), para ahli Fiqih
mengartikan secara lahir dan hakiki.
Secara lahiriah
Shalat berarti ‘Beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan di
akhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut
syarat-syarat yang telah ditentukan’(Sidi Gazalba,88).
Secara hakiki
Shalat ialah ‘Berhadapan hati, jiwa dan raga kepada Allah,secara yang
mendatangkan rasa takut kepada-Nya atau mendhairkan hajat dan keperluan kita
kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan perbuatan’ (Hasbi
Asy-syidiqi,59)
Dalam
pengertian lain Shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang didalamnya merupakan amalan yang tersusun
dari beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’
(Imam Basyahri Assayuthi,30).
Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Shalat adalah Suatu ibadah kepada
Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan
diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’
berupa penyerahan diri secara lahir batin kepada Allah dalam rangkah ibadah dan
memohon ridho-Nya.
Khusyu' adalah
buah dari iman kepada-Nya dan sholat yang benar bukan sekedar memahami makna
sholat dari takbir hingga salam.
" Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu sholat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga tak mengerti apa yang kamu ucapkan." (QS. An-Nisa 4 : 43).
Tetapi hati juga hadir merasakan, menikmati setiap gerak dari takbir hingga
salam dalam tatapan Allah, perhatian Allah dan pendengaran Allah.
"Yang
melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sholat) dan (melihat pula) perubahan
gerak badanmu diantara orang-orang yang sujud " (QS. Asy-Syu'ara: 218-219)
Dan puncak dari kekhusyu'an adalah akhlakul karimah. Inilah inti ibadah, doa
zikir dan ilmu. Imam Ali berkata "Sungguh orang berdusta di pagi hari
tidak akan khusyu' sholat di siang hari " Betapa hebatnya pengaruh dusta
terhadap sholat. Ringkasnya, sholat yang khusyu' akan melahirkan akhlak yang
mulya, dan akhlak yang mulya buah dari kekhusyu'an. Buku akhifillah Abu Sangkan
ini menghantarkan pengetahuan menuju kekhusyu'an.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya
mengatakan bahwa Khusyu' adalah: "Ketenangan, tuma'ninah, pelan-pelan,
ketetapan hati, tawadhu', serta merasa takut dan selalu merasa diawasi oleh
Allah ‘Azza wa Jalla."
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa
Khusyu' adalah: "Menghadapnya hati di hadapan Robb ‘Azza wa Jalla dengan
sikap tunduk dan rendah diri." (Madarijusslikin 1/520 )
Definisi lain dari khusyu' dalam shalat adalah:
"Hadirnya hati di hadapan Allah Subhânahu wa Ta'âla, sambil
mengkonsertasikan hati agar dekat kepada Allah Subhânahu wa Ta'âla, dengan
demikian akan membuat hati tenang, tenangnya gerakan-gerakannya, beradab di
hadapan Robbnya, konsentrasi terhadap apa yang dia katakan dan yang dilakukan
dalam shalat dari awal sampai akhir, jauh dari was-was syaithan dan pemikiran
yang jelek, dan ia merupakan ruh shalat. Shalat yang tidak ada kekhusyukan
adalah shalat yang tidak ada ruhnya." (Tafsir Taisir Karimirrahman, oleh
Syaikh Abdurrahman Nashir as-Sa'di)
B.
DALIL
TENTANG SHALAT KHUSYU’
Diantara nash-nash yang berbicara
tentang tuntutan khusyu didalam shalat ini :
Artinya,
”(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya”. (QS. Al Mukminun : 2)
Artinya : ”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan
Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’”. (QS. Al Baqoroh : 45)
“Peliharalah
semua sholat(mu) dan (peliharalah) sholat wustha. Berdirilah karena Allah
(dalam sholatmu) dengan khusyu’.” (Q.s. Al-Baqarah: 238)
Diantaranya pula, hadits ’Uqbah bin ’Amir bahwa dia mendengar
Rasulullah saw bersabda, ”Tidaklah seorang muslim berwudhu lalu membaguskan
wudhunya kemudian berdiri melakukan shalat dua raka’at dengan ketundukan hati
dan wajahnya kecuali wajib baginya surga”. (HR. Muslim)
Dari Utsman berkata,”Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda,”Tidaklah seorang muslim mendatangi shalat wajib lalu membaguskan
wudhu, khsuyu dan ruku’nya kecuali ia menjadi pelebur dosa-dosanya yang lalu
kecuali dosa besar. Dan itu berlaku sepanjang masa”. (HR. Muslim)
C.
PENTINGNYA KHUSYU' DALAM SHALAT.
Khusyu' merupakan perkara agung, cepat sirnanya
dan jarang keberadaanya ditemukan, khususnya di akhir zaman ini yang penuh
dengan berbagai macam fitnah dan godaan, baik godaan dari manusia maupun godaan
dari syetan yang berupaya memalingkan manusia dari kekhusyukan.
Jauhnya manusia dari kekhusyukan dalam
melaksanakan shalat, hal ini adalah benar adanya, bahkan seorang sahabat besar
yang bernama Huzaifah ibnu Yaman radhiyallahu 'anhu telah menggambarkan:
"Yang pertama kali yang akan hilang dari agamamu adalah khusyuk', dan hal
yang terakhir yang akan hilang dari agamamu adalah shalat. Betapa banyak orang
shalat tetapi tiada kebaikan padanya, hampir saja engkau memasuki masjid,
sementara tidak ditemukan diantara mereka orang yang khusyuk."
(Madarijussalikin, Imam Ibnul Qayyim 1/521)
Bila kita tanyakan dan kita pantau shalat yang
dilakukan oleh sebagian kaum muslimin, maka jawabannya adalah mereka jauh dari
kekhusyukan. Fikiran mereka menerawang entah kemana, hati mereka lalai, bahkan
was-was dari syetanpun muncul tatkala mereka melaksanakan shalat, Oleh karena
itu pembahasan seputar tentang shalat khusyuk ini merupakan pembahasan yang
sangat penting sekali, dan dibutuhkan oleh kaum muslimin yang ingin
meningkatkan kualitas ibadah shalatnya. Dimana hal ini akan membawa mereka
kepada kebahagian dan kemenangan, sebagaimana yang telah disebutkan Allah
Subhânahu wa Ta'âla di dalam al-Qurân: "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang
yang beriman, yaitu orang yang khusyu' dalam shalatnya." (QS.
al-Mu'minuun: 1-2)
D.
LETAK KHUSYU'
Tempat khusyu' adalah di hati, sedangkan
buahnya akan tampak pada anggota badan. Anggota badan hanya akan mengikuti
hati, jika kekhusyukan rusak akibat kelalaian dan kelengahan, serta was-was,
maka rusaklah ‘ubudiyah anggota badan yang lain. Sebab hati adalah ibarat raja,
sedangkan anggota badan yang lainnya sebagai pasukan dan bala tentaranya.
Kepadanya-lah mereka ta'at dan darinya-lah sumber segala perintah, jika sang
raja dipecat dengan bentuk hilangnya penghambaan hati, maka hilanglah rakyat
yaitu anggota-anggota badan.
Dengan demikian, menampakkan kekhusyukkan
dengan anggota badan, atau melalui gerakan-gerakan, supaya orang menyangka
bahwa si fulan khusyu', maka hal itu adalah sikap yang tercela, sebab diantara
tanda-tanda keikhlasan adalah menyembunyikan kekhusyukan.
Suatu ketika Huzaifah bin Yaman radhiyallahu
'anhu berkata: "Jauhilah oleh kalian kekhusyukan munafik, lalu ditanyakan
kepadanya: Apa yang dimaksud kekhusyukan munafik? Ia menjawab: "Engkau
melihat jasadnya khusyu' sementara hatinya tidak".
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah membagi khusyu'
kepada dua macam, yaitu khusyu' nifaq dan khusyuk iman.
Khusyu' nifaq adalah: "Khusyu' yang tampak
pada permukaan anggota badan saja dalam sifatnya, yang dipaksakan dan
dibuat-buat, sementara hatinya tidak khusyuk."
Khusyuk iman adalah: "Khusyuknya hati
kepada Allah Subhânahu wa Ta'âla dengan sikap mengagungkan, memuliakan, sikap
tenang, takut dan malu. Hatinya terbuka untuk Allah Subhânahu wa Ta'âla, dengan
keterbukaan yang diliputi kehinaan karena khawatir, malu bercampur cinta
menyaksikan nikmat-nikmat Allah ‘Azza wa Jalla dan kejahatan dirinya sendiri.
Dengan demikian secara otomatis hati menjadi khusyu' yang kemudian diikuti
khusyu'nya anggota badan."
E.
HUKUM KHUSYU' DALAM SHALAT.
Menurut pendapat yang kuat, bahwa khusyu' dalam
shalat hukumnya wajib. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam
menafsirkan firman Allah Ta'âla: "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu lebih berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu'." (QS. al-Baqarah: 45)
Beliau rahimahullah mengomentari ayat tersebut
dengan mengatakan: "Ayat tersebut mengandung celaan atas orang-orang yang
tidak khusyu' dalam shalat, celaan tidak akan terjadi kecuali karena
meninggalkan perkara-perkara penting atau wajib, atau karena keharaman yang
dilakukan".
Kemudian bila kita lihat dalam al-Qurân Allah
Subhânahu wa Ta'âla menjelaskan sifat-sifat calon penghuni surga firdaus: "Sungguh
beruntunglah orang yang beriman, yaitu mereka yang khusyu' dalam
shalatnya." (QS. al-Mu'minuun: 1-2), pada ayat ke 11 Allah Subhânahu
wa Ta'âla memberikan isyarat, (bagi orang yang khusyu'), dengan mengatakan:
"Mereka itulah, orang-orang yang mewarisi Surga Firdaus, mereka kekal di
dalamnya." (QS. al-Mu'minuun: 11)
Melalui ayat tersebut Allah Subhânahu wa Ta'âla
mengabarkan bahwa mereka (orang yang khusyu') adalah calon pewaris Jannatul
Firdaus. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa selain mereka tidak layak
mewarisinya. Meraih surga bagi seorang muslim hukumnya adalah wajib, maka jalan
atau wasilah untuk mencapai surga tersebut hukumnya juga wajib, dan shalat yang
khusyu' hukumnya ikut menjadi wajib karena merupakan salah satu sarana untuk
meraih surga firdaus.
F.
KIAT-KIAT
AGAR SHALAT KHUSU’
Betapa
banyak manusia yang tergoda oleh tipuan setan sehingga dalam melakukan
shalatnya tidak lagi dapat berkonsentrasi (khusyu'). Bahkan khusyu' dalam
shalat meupakan perkara yang pertama kali dicabut oleh Allah dari permukaan
bumi, padahal kita kini hidup pada akhir zaman. Keadaan ini sesuai dengan apa
yang diutarakan oleh Hudzaifah Radhiyallhu 'anhu: "Mula-mua
sesuatu yang kamu kehilangan dari agamamu adalah kekhusyuan. Sedangkan yang terakhirnya
adalah shalat. Mungkin seseorang yang mengerjakan shalat, tetapi tidak mendapat
kebaikan. Hampir-hampir kamu masuk masjid, tetapi tidak kamu jumpai orang-orang
yang shalat dengan khusyu'."
Dibawah
ini ada kiat-kiat untuk menjadikan shalat kita khusyu:
1)
Persiapan Diri Untuk Shalat
Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan
beberapa hal. Diantaranya menjawab seruan adzan dan dilanjutkan dengan berdoa
sesudah adzan, menyempurnakan wudhu, menyiapkan diri untuk shalat dengan
memilih pakaian yang bagus dan harum, bersegera pergi menuju masjid dengan
ketenangan, menunggu shalat berjamaah dimulai dan segera melurus-rapatkan shaf
(barisan) karena setan selalu mencari celah-celah untuk dilaluinya.
2)
Thuma'ninah dalam Shalat
Orang yang tidak melakukan thuma'ninah dalam
shalatnya, tidak mungkin dapat mencapai kekhusyuan, karena shalat yang
dikerjakan dengan cepat-cepat dapat menghilangkan kekhusyuan dan dapat
menghilangkan pahala."Sejahat-jahat manusia adalah pencuri, yaitu orang
yang mencuri dari shalatnya." Qatadah bertanya,"Ya Rasulullah,
bagaimana ia bisa mencuri shalatnya?" Beliau menjawab."Ia tidak
emnyempurnakan ruku dan sujudnya." (Ahmad)
3)
Mengingat mati dalam shalat
"Ingatlah kematian dalam shalatmu,
karena apabila seseorang mengingat kematian dalam shalatnya, sudah pasti ia
akan berusaha keras untuk menyempurnakan shalatnya. Dan, shalatlah kamu seperti
shalatnya seseorang yang tidak membayangkan bahwa dirinya bisa mengerjakan
shalat sesudah itu." (As-silsilah Ash-Shahihah oleh Albani)
4)
Menghayati ayat-ayat dan zikir yang
dibaca serta berinteraksi dengannya
Diantara hal-hal yang dapat membantu kita
menghayati al-Quran adalah membaca ayat-ayat al-Quran secara berulang-ulang
sambil membiasakan diri mengamati artinya. Selain itu, hal lain yang dapat mebantu
kita agar dapat menghayati ayat-ayat al-quran adalah dengan mengadakan
interaksi dengan ayat-ayat tersebut. Juga diantara hal-hal yang dapat membantu
penghayatan (terhadap ayat-ayat yang dibacanya) adalah membaca al-quran
dan berbagai macam dzikir yang terdapat pada rukum-rukun shalat dengan segala
variasinya. Setelah dihafal maka dibaca, direnungkan dan difikirkannya.
Diantara bukti interaksi kita terhadap ayat-ayat al-quran ialah ketika kita
mengucapkan amin setelah membaca al-Fatihah. Atau seperti apa yang diriwayatkan
Hudzaifah,"Pada suatu malam saya shalat bersama Rasulullah. Beliau
membaca al-Quran dengan perlahan-lahan. Apabila melewati ayat yang mengandung
tasbih, beliau pasti mebaca tasbih. Apabila melewati ayat yang berisikan
permohonan (kepada Allah), belaiu memohon. Dan, apabila melewati ayat yang
berisikan permohonan perlindungan beliau pasti memohon perlindungan (kepada
Allah)." (Muslim)
5)
Mentartil bacaan ayat per ayat
Metode memotong bacaan ayat per ayat dilakukan
untuk lebih mempercepat memahami sekaligus menghayati ayat-ayat tersebut.
Bahkan hal yang demikian itu merupakan Sunnah Nabi sebagaimana yang dituturkan
oleh Ummu Salamah mengenai bacaan Rasulullah, "Bismillahirrahmaanirrahiim."
Dalam satu riwayat disebutkan," Kemudian beliau berhenti sejenak, lalu
membaca alhamdu lillahi rabbil 'alamiin, kemudian berhenti. Setelah itu membaca
ar-rahmaanir rahiim." Dalam riwayat yang lain disebutkan,"Kemudian
beliau berhenti, lalu membaca maaliki yaumid diin, sambil memutus-mutuskan ayat
demi ayat."
6)
Membaca dengan tartil dan memperbagus suara
bacaannya
Membaca al-Quran dengan tartil dan
perlahan-lahan itu lebih mendorong si pembacanya untuk menghayati dan bersikap
khusyu. Keadaan yang demikian itu berbeda dengan membaca secara cepat den
tergesa-gesa. Yang juga dapat membantu kekhusyuan dalam shalat adalah
memperbagus suara bacaan. Hal ini bukan berrati melenggak-lenggokkan suara dan
membaca berdasarkan bacaan orang lain yang tidak benar. Akan tetapi suara itu
dikatakan indah bila disertai dengan bacaan yang mengandung kesedihan, seperti
disabdakan Nabi,"Sesungguhnya di antara manusia yang suaranya bagus
ketika membaca al-Quran adalah apabila kamu mendengar al-quran itu dibacanya,
kamu mengira bahwa dia benar-benar takut kepada Allah." (Ibnu majah)
7)
Menyadari bahwa Allah pasti Mengabulkan doa
dalam shalatnya
"Apabila salah seseorang diantaramu
berdiri shalat, sesungguhnya ia sedang bermunajah kepada Rabb-nya, maka
hendaklah ia memperhatikan bagaimana cara bermunajah kepada-Nya (yang baik)."
(Mustadrak al-Haakim)
8)
Shalat dengan Menghadap dan dekat kepada Tabir
"Apabila salah seorang dari kalian
shalat, hendaklah ia menghadap ke arah tabir dan dekat kepadanya."
(Abu Daud)
"Apabila salah seorang kamu shalat ke
arah tabir hendaklah mendekatinya, maka setan tidak dapat memutus kan
shalatnya." (Abu Daud)
9)
Meletakkan Tangan Kanan di atas Tangan Kiri di
atas dada
Ibnu Hajar Rahimahullah berkata bahwa
para ulama berkata,"Hikmah dari posisi tangan seperti itu ketika shalat
adalah membuktikan sikap seseorang yang meminta dengan penuh kehinadinaan dan
ketundukan. Keadaan seperti itu akan lebih mencegah dari sikap main-main (yang
tidak ada kaiatannya dengan shalat) dan justru akan lebih mendekatkan kepada
kekhusyuan."
10) Memandang ke
tempat sujud
"Apabila shalat, Rasulullah biasa
menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tanah (ke tempat sujud)."
(Hakim). Adapun dalam duduk Tasyahhud dianjurkan memandang ke arah jari
telunjuk tangannya yang dipergunakan untuk isyarat sambil digerak-gerakkan.
11) Menggerak-gerakkan
jari telunjuk
Banyak sekali orang yang shalat mengabaikan
masalah ini. Apalagi mereka tidak mengerti tentang manfaatnya yang begitu besar
dan dampak positif yang ditimbulkan dalam rangka membantu tercapainya
kekhusyuan. Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya menggerak-gerakkan jari telunjuk itu lebih dahsyat untuk mengalahkan syetan daripada besi." (Ahmad)
"Sesungguhnya menggerak-gerakkan jari telunjuk itu lebih dahsyat untuk mengalahkan syetan daripada besi." (Ahmad)
12)
Membaca beragam surat, ayat, zikir, dan doa
dalam shalat
Hal ini sangat membantu untuk selalu memiliki
perasaan baru dalam menerima kandungan ayat, zikir, dan doa yang dibacanya. Hal
ini juga merupakan Sunnah Nabi bahkan lebih sempurna dalam mencapai kekhusyuan.
Misalnya dalam doa iftitah, terkadang kita membaca: “Allahamumma naa'id
baini wa baina khathaayaaaya kama baa'adta bainal masyriqi wal maghribi...”
Dilain kesempatan kita membaca: “Subhaanaka Allahumma wa bi hamdika wa tabaaraka ismuka wa taala jadduka wa laa ilaaha ghaairuka” atau disaat yang lain membaca: “Wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal ardha haniifan . . .”
Dilain kesempatan kita membaca: “Subhaanaka Allahumma wa bi hamdika wa tabaaraka ismuka wa taala jadduka wa laa ilaaha ghaairuka” atau disaat yang lain membaca: “Wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal ardha haniifan . . .”
13)
Membaca Sujud Tilawah bila membaca ayat sajdah
Melakukan Sujud tilawah ketika shalat itu besar
sekali gunanya karena dapat menambah kekhusyuan dalam shalat.
14) Berlindung
kepada Allah dari godaan syetan
Untuk menghadapi tipu daya setan, sekaligus
untuk menghilangkan waswas yang dibisikkan oleh setan, nabi telah menunjukkan
kepada kita terapi berikut ini: "Abul Aash berkata,"Ya Rasulullah,
sesungguhnya setan telah menghalang-halangi antara aku dan shalatku serta
bacaanku dan mengacaukannya terhadapku." Lalu Rasulullah
bersabda,"Itulah setan yang dinamakan Khanzab. Jika kamu merasakan
keberadaannya maka berlindunglah kepada Allah darinya dan meludahlah ke sebelah
kirimu tiga kali." Kata Abul Aash," Lalu aku mengerjakan hal demikian
itu, maka Allah menghilangkan hal itu dari diriku." (Muslim)
"Sesungguhnya apabila salah seorang
kamu berdiri shalat maka datanglah setan untuk mengacaukan shalatnya dan
membuatnya ragu sehingga tidak mengerti berapa rakaat dia telah mengerjakan
shalat. Apabila salah seorang dari kamu merasakan demikian, hendaklah sujud dua
kali dalam keadaan duduk."(Bukhari)
"Apabila salah seorang dari kamu
mengerjakan shalat, lalu merasakan gerakan pada duburnya, apakah berhadats atau
tidak, sehingga ia ragu-ragu maka sekali-kali janganlah keluar dari shalat
(membatalkannya) sebelum mendengar (kentut) atau mencium baunya."
(Thabrani)
15) Merenungi ihwal
orang-orang salaf dalam mengerjakan shalat
Hal ini dapat menambah kekhusyaun dalam shalat
sekaligus dapat terdorong untuk mengikuti jejak mereka. Misalnya seperti ibnu
Zubair Radhiyallahu 'anhu berdiri dala melaksanakan shalat, dia bagaikan
sebatang kayu karena khusyuknya. Ketika dia sujud, manjanik 'peluru' musuh
mengenai bagian dari pakaiannya, namun dia tidak mengangkat kepalanya. Sebagian
mereka ada pula yang mukanya berubah menjadi kuning apabila ia berwudhu untuk
menunaikan shalat. Ketika ditanyakan kenapa seperti itu, dia menjawab,"Aku
mengerti bahwa aku akan berdiri di hadapan zat Yang Maha tinggi."
16)
Mengetahui keistimewaan khusyu dalam
shalat
"Sesungguhnya seseorang yang mengerjakan
shalat, tidaklah dicatat baginya dari shalat kecuali sepersepuluhnya,
sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya,
seperempatnya, sepertiganya, setengahnya." (Ahmad)
"Siapa orang muslim yang waktu shalat
wajib tiba lalu berusaha menyempurnakan wudhu, khusyu, dan rukunya, maka
shalatnya itu menjadi penghapus dosa-dosa selama setahun selama dia tidak
mengerjakan dosa besar." (Muslim)
17)
Bersungguh-sungguh dalam berdoa ditempat-tempat
tertentu terutama dalam sujud
"Seseorang yang paling dekat kepada
Allah ialah ketiak ia dalam keadaan sujud. Maka perbanyaklah berdoa
(didalamnya)." (Muslim)
18) Membaca
dzikir-dzikir sesudah shalat
Jika kita mau mengamati dzikir-dzikir yang
dibaca setelah shalat, akan kita dapatkan dzikir-dzikir tersebut dimulai dengan
istighfar sebanyak tiga kali. Bacaan istighfar itu menggambarkan seolah-olah
orang yang shalat itu memohon ampunan kepada Allah atas segala kekurangan yang
dilakukannya selama shalat, atas usahanya yang belum optimal dalam mencapai
kekhusyuan dalam shalat.
19)
Berusaha menghilangkan sesuatu yang dapat
mengganggu orang shalat
Termasuk kategori semacam ini adalah
berhati-hati melakukan shalat di tempat-tempat yang sangat gaduh dan bising
karena disampingnya banyak orang yang ngobrol ke sana ke mari. Hendaknya
menghindarkan diri dari melakukan shalat ditempat-tempat hiburan dan segala
sesuatu yang dapat mengganggu pandangannya. Di samping itu, hendaknya juga
menghindarkan diri dari melaksanakan shalat ditempat-tempat yang amat panas.
20)
Hendaknya tidak melakukan shalat dengan memakai
pakaian yang ada hiasan, tulisan, warna-warni atau gambar-gambar yang
mengganggu orang shalat
21) Jangan shalat
sementara hidangan telah tersedia
"Tidak (boleh) shalat sementara makanan
telah tersedia di hadapannya." (Muslim)
22)
Jangan mengerjakan shalat shalat sambil menahan
buang air
"Apabila salah seorang kamu hendak
pergi ke jamban sementara shalat telah dimulai, maka hendaklah didahulukan
pergi ke jamban." (Abu Daud)
23)
Hendaklah tidak mengerjakan shalat dalam
keadaan mengantuk
"Apabila salah seorang dari kalian
mengantuk, sedangkan ia mengerjakan shalat, maka hendaklah tidur hingga
hilanglah kantuknya, karena apabila mengantuk maka ia tidak mengerti yang
seharusnya ia beristighfar , namun nyatanya ia mencaci maki dirinya sendiri."
(Bukhari)
24)
Hendaknya tidak shalat di belakang orang yang
berbicara atau tidur
"Janganlah kamu melaksanakan shalat
dibelakang orang yang sedang tidur dan jangan pula dibelakang orang yang sedang
berbicara." (Abu Daus)
25) Tidak
Menyibukkan diri dengan meratakan kerikil/pasir/tanah (Tempat Sujud)
"Janganlah kamu menyapu (pasir) padahal
kamu sedang shalat. Tetapi jika kamu perlu maka (boleh) menyapu sekali saja."
(Abu Daud)
26) Tidak
mengganggu orang lain dengan bacaan (keras)
"Ketahuilah, sesungguhnya kalian sedang
bermunajah kepada Allah, maka sekali-kali janganlah sebagian kamu mengganggu
sebagian yang lain dalam shalatnya, dan janganlah sebagian kamu mengeraskan
bacaan terhadap sebagian yang lain." Atau beliau bersabda,"Janganlah
sebagian dari kalian mengeraskan suara dengan bacaan al-Quran."
(Ahmad)
27)
Tidak Menoleh dalam Shalat
"Allah Azza wa Jalla senantiasa
menghadap kepada seseorang yang tengah shalat selama ia tidak berpaling muka.
Apabila ia berpaling muka maka Allah pun berpaling darinya." (Abu
Daud)
28)
Tidak menengadahkan Pandangan
"Apabila salah seorang dari kalian
sedang melaksanakan shalat maka sekali-kali jangan menengadahkan pandangannya
agar penglihatannya tidak berkilau." (Ahmad)
29) Tidak meludah ke
arah depan ketika shalat
"Apabila seseorang dari kamu sedang
shalat maka janganlah meludah ke depan karena Allah berada dihadapannya ketika
ia sedang shalat." (Bukhari)
"Apabila salah seorang dari kalian
berdiri shalat maka sebenarnya ia sedang bermunajah kepada Rabb-nya. Allah
berada diantara dia dan kiblatnya. Janganlah meludah ke arah kiblatnya, tetapi
hendaklah di sebelah kiri atau dibawah tumitnya." (Bukhari)
Apabila lantai masjid itu dilapisi sajadah dan
sejenisnya sebagaimana yang kita saksikan pada zaman sekarang, maka bila
dianggap perlu kita mengeluarkan sapu tangan atau sejenisnya lalu meludah ke
dalamnya kemudian menyimpan sapu tangan tersebut.
30) Berusaha secara
maksimal untuk tidak menguap ketika shalat
"Apabila salah seorang dari kalian
sedang menguap dalam shalat maka tahanlah semampu mungkin karena setan masuk
(mengganggunya)." (Muslim)
31) Tidak Berkacak
Pinggang
"Nabi melarang orang shalat dengan
berkacak pinggang." (Abu Daud)
32) Tidak
mengulurkan kain sampai ke tanah dalam shalat
"Rasulullah melarang mengulurkan kain
sampai ke tanah ketika shalat dan juga melarang seseorang menutup mulutnya."
(Abu Daud)
33) Tidak boleh
meniru-niru Binatang
Larangan meniru-niru binatang mencakup beberapa
sifat shalat dan gerakannya. Ada riwayat bahwa Rasulullah melarang tiga perkara
dalam shalat: mematuk seperti burung gagak (rukuk dan sujudnya cepat),
membentangkan tangan bagaikan binatang buas, dan menguasai tempat tertentu (di
dalam masjid untuk shalat) seperti unta menderum. (Ahmad)
G.
HIKMAH SHALAT KHUSYU’
Hikmah
dari shalat khusyu’ sebenarnya bisa membawa pengaruh pada sikap keseharian,
contohnya dalam peningkatan etos kerja sehari-hari. Setidaknya ada tujuh hikmah
yang bisa diperoleh dari shalat yang khusyu’, yaitu :
1) Manajemen Waktu
Seseorang yang ahli shalat khusyu’ bisa dilihat dari cara menyikapi
waktu. Dia menilai waktu sangatlah berharga sehingga tidak mau melakukan
kesia-siaan. Dia akan melakukan hal yang bermakna. Begitu juga dalam dunia
kerja, Orang yang khusyu’ shalat akan giat bekerja dan tidak malas-malasan
karena akan menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk bekerja. Selain itu dia juga
sangat efisien menggunakan waktu, dia bisa menyelesaikan pekerjaanya dengan
waktu yang singkat dengan kualitas yang unggul.
Agar kita bisa mengoptimalkan waktu yang ada, ada lima kunci manajemen
waktu, yaitu :
a.
Aku harus
memacu percepatan diri, waktu adalah barang berharaga untuk kujaga
b.
Aku harus
memasuki system yang kondusif
c.
Aku harus
berdaya saing sehat dan positif
d. Aku harus mampu bersinergi (berjamaah). Seorang yang pintar
bertemu dengan seorang yang pintar akan bertambah pintar.
e.
Aku harus pintar dalam manajemen
kalbu (mampu mengendalikan hati)
2) Manajemen Niat
Kunci keberhasilan setiap pekerjaan tergantung pada niat. Niat secara
bahasa berarti menyengaja (al-qhasdu) untuk mengerjakan sesuatu.
Sedangkan menurut syara’ adalah tekad kesungguhan hati untuk mengerjakan ibadah
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Niat merupakan salah satu syarat bagi sahnya shalat. Orang bisa mencapai
khusyu’ dalam shalat tergantung dari niatnya. Maka dari itu niat merupakan hal
awal sebelum melakukan suatu perbuatan. Begitu juga dalam dunia kerja,
pekerjaan boleh sama namun hasilnya jelas berbeda tergantung pada niatnya. Niat
tidak selamanya sejalan dengan apa ya ng diucapkan, tapi secara pasti bisa
dilihat dari hasilnya.
3) Manajemen sense of Clean
Tidak ada satupun yang melakukan shalat tanpa diawali dengan wudlu atau
tayamum. Proses bersih dari awal merupakan kunci sukses shalat yang khusyu’.
Niat lurus dalam aktifitas sehari-hari pun harus selalu dijaga kebersihan
pikiran dan tingkah lakunya.
Mengenai kebersihan Rasulullah
sendiri sudah mengajarkan kepada umatnya, yaitu melaukan siwak (siwakan) yang
salah satu manfaatnya yaitu mempertajam kecerdasan dan daya ingat.
Begitu juga dalam dunia kerja, jika diterapkan bisa berarti kita harus
mencari rezeki dengan jalan yang halal lagi bersih, sehingga akan mendatangkan
berkah. Manajemen Sense of Clean yang tercermin dalam shalat khusyu’
juga mengandung arti “bersih pikiran dan hati”.
4) Manajemen Disiplin atau Tertib
Shalat merupakan sarana untuk melatih sebuah kedisiplinan. Waktu sudah
ditentukan secara pasti sehingga orang yang mampu melaksanakan secara disiplin
akan menghasilkan pribadi-pribadi disiplin yang tinggi. Shalat juga harus
dilakukan dengan teratur dari mulai wudlu hingga salam, ini menggambarkan
betapa suatu keteraturan itu dimulai dari cara berfikir sampai pelaksanaanya.
Begitu juga dalm dunia kerja,
seseorang yang melakukan pekerjaan harus tertib dan disiplin dalam
menjalankanya sehingga akan menghasilkan suatu sesuai yang diinginkan. Hidup tertib
teratur merupakan kunci sukses seseorang. Siapa saja yang hidupnya tidak
teratur pasti akan mengalami masalah.
5) Tuma’ninah
Tuma’ninah artinya tenang. Dalam
shalat kita harus tuma’minah, Shalat tanpa tuma’ninah tidak akan ada artinya. Sholat
yang khusyu’ itu gerakannya disempurnakan, hatinya hadir, dan pikiran tertuju
hanya kepada Allah.
Kita sering melakukan sesuatu tapi pikiran kita tidak disana, hati kita
tidak disana. Akibatnya apa yang kita lakukan tidak ada hasilnya (sia-sia). Begitu juga
dalam dunia kerja, ketenangan sangatlah diperlukan. Kesuksesan hanya akan
diraih orang yang memusatkan daya dan perhatianya pada apa yang ingin ia
dapatkan. Tuma’minah dalam dunia kerja mengandung arti kesungguhan dan
keseriusan dalam bekerja dan tidak menjadi ‘kutu loncat’ (berpindah
kerja dari satu tempat ke tempat yang lain). Berikut ini dampak negatif jika
menjadi ‘kutu loncat’ :
Ø Memengaruhi Persepsi diri
Ø Terkesan tidak kompeten
Ø Terkesan tidak sesuai dengan pekerjaan anda
Orang yang khusyu’ dan tuma’ninah dalam shalat yaitu orang yang bisa
menikmati shalatnya. Begitu juga dalam dunia kerja, tak lain adalah yang dapat
menikmati pekerjaanya.
6) Manajemen Siap dalam segala hal
Dalam shalat kita melakukan berdiri, rukuk, sujud. Ketika berdiri akal
lebih tinggi dari hati, saatnya mengolah akal kita. Ketika ruku’ hati dan akal
seimbang, ketika sujud akal tunduk kepada hati kita, tidak takabur akal dengan
kecerdasannya.
Dalam dunia kerjapun tidak bedanya dengan diatas. Kadang beruntung
(sikap berdiri), kadang hanya kembali modal (sikap ruku’), kadang juga rugi
(sikap sujud) Semuanya bisa terjadi kapan saja tanpa diduga. Dari pernyataan
diatas bisa kita simpulkan bahwa khusyu’ dalam shalat mengajarkan kita tentang
bagaimana kiat-kiat menghadapi situasi yang yang tidak terduga tersebut untuk
selalu siap dalam segala hal.
7) Manajemen Salam
Shalat ditutup dengan salam. Dengan salam kita memberikan jaminan pada
orang disekitar kita bahwa kita berharap keselamatan. Artinya seorang yang
shalatnya khusyu’ akan menjaga tindakanya agar orang lain merasa aman oleh
apapun yang dia miliki.
Manajemen salam adalah manajemen yang didalamnya tercermin jiwa penuh
rasa kasih sayang. Dalam dunia kerja, nilai-nilai kasih sayang yang terkandung
dalam salam sangat berguna untuk memajukan usaha. Manajemen salam selain itu
tidak ubahnya dengan sistem keselamatan kerja. Dunia kerja yang tidak
menerapkan prinsip-prinsip keselamatan kerja yang optimal, hanya akan membawa
kerugian, bukan hanya harta tetapi juga nyawa.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa, Sesungguhnya shalat merupakan salah
satu dari rukun Islam yang bersifat praktis dan amat besar pahalanya. karena
itu, melakukan shalat disertai dengan penuh penghayatan dan kekhusyuan
sangat dianjurkan oleh syariat Islam. Hanya saja, untuk mencapai kekhusyuan
dalam shalat itu sangat berat sekali. Ini karena Iblis telah bertekad
bulat untuk berusaha menggoda dan menyesatkan manusia, seperti yang terungkap
dalam al-Quran,"Kemudian saya (Iblis) akan mendatangi mereka dari muka
dan dari belakang, dari kanan dan kiri mereka." Dengan demikian, tipu
daya Iblis yang paling hebat adalah berusaha memalingkan kekhusyuan umat yang
tengah shalat dengan mempergunakan segala macam sarana (media). Di samping ia
juga berusaha keras untuk menaburkan perasaan was-was ke dalam hati mereka
ketika shalat. Dengan begitu, mereka tidak dapat lagi merasakan nikmatnya
Ibadah shalat disamping tidak akan mendapatkan pahala dari Allah.
DAFTAR
PUSTAKA
AI Qur'anul Karim, AI Qur'an clan terjemahannya. Departemen
Agama
Arif Wibisono, Psikologi
Transpersonal, makalah dalam seminar Psikologi Islam di Solo. Tahun 2002.
Sayyid Quthub, Fitizilalil Qur'an. Penerbit Darul Asy
SyurucI, Beirut.
Sayyid Quthb, Fi Zhilalil- Qur'an,
terjemahan bahasa Indonesia, Gema Insani Press. Tahun 2002.
Rosalind Widdowson, Neditasi, terjemahan Ricky Nalsya.
Penerbit Inovasi. Tahun 2002.
Hidayat Nataatmadia DR, Inteligensi Spiritual. Perenial
Press. Tahun 2001
Drs Sentot Haryanto. M.Si, Psikologi Shalat. Mitra Pustaka.
Tahun 2003
Prof. HM Hembing Wijayakusurna,
Hikmah Shalat untuk Pengobatan, Pustaka Kartini. Tahun 1994.
Tafsir jalalain berikut
Asbabunnuzul, terjemahan bahasa Indonesia oleh Bahrun Abu Bakar,Lc. Penerbit
Sinar Baru AI Gensindu.Th1999.
Abu Sangkan, Berguru kepada Allah. Penerbit Bukit Thursina.
Tahun 2003.
Riyadlush Shalihin, terjemahan Salim
Bahreisy. Penerbit PT. AI Ma'arif Bandung. Tahun 1889
Hazrat Maulana Muhammad Yusuf
Kandahlawi RA, Muntakhab Ahadits, terjemahan Muhammad Qosim Affirnori.
Nabilindo. Tahun 2003
Terapi Air, terjemahan Sudarmadji Spd. Ladang Pustaka &
Intimedia.
Ong Chu Hoo & Ricko Kandaus, Tai Chi Chuan. Pionir jaya,
Bandung. Tahun 2001.
Carl Gustav jung, Memperkenalkan Psikologi
Analitis - Pendekatan terhadap Ketaksadaran, terjemahan & pendahuluan oleh
G.Cremers. Penerbit Gramedia, Jakarta.
1986.
Ash Shabuni, Prof M.
Ali, Shofwatu At Tafasir. Penerbit Darut Qur'anul Karim, Beirut.
apa hukumnya kalo sholat tidak khusyuk min? apakah sah
BalasHapus